Minggu, 07 November 2010

DASAR-DASAR GIZI, BAGIAN II

KOMPOSISI TUBUH

A. PENDAHULUAN
Tubuh manusia tersusun dari berbagai materi yang proporsinya relatif sama dengan yang ada pada makhluk lainnya. Selama pertumbuhan dan perkembangan, komposisi tubuh manusia dapat berubah dan hal ini menjadi sangat penting karena perubahan ini sangat erat hubungannya dengan keadaan kesehatan seseorang. Itulah sebabnya keadaan kesehatan seseorang terutama pada anak seringkali ditunjukkan dengan pengukuran salah satu dari dimensi tubuh, misalnya berat badan. Akan tetapi berat badan hanya memberikan pengukuran yang kasar dari massa tubuh yang terdiri dari berbagai jaringan yang berbeda-beda seperti tulang otot, lemak dan organ dalam. Berat badan tidak memberiakn informasi yang adekuat tentang distribusi jaringan atau kuantitas dari beberapa jaringan pada seorang individu.
Distribusi dan besar dari komponen jaringan primer dari massa tubuh akan diketahui dengan mempelajari komposisi tubuh. Ada dua cara yang biasa digunakan untuk mempelajari komposisi tubuh dari seseorang, yang pertama adalah secara biokimia yang dikenal dengan model biokomia dan kedua adalah yang sering digunakan di klinik, pusat penelitian gizi, pusat kesegaran jasmani dan lainnya, yang dikenal dengan “two-Compartement Model” atau model dua kompartemen.

B. MODEL BIOKIMIA DAN DUA KOMPARTEMEN
Secara biokimia, tubuh manusia utamanya terdiri dari 4 bagian : air, protein, mineral dan lemak. Rumus yang digunakan untuk ini adalah :
Berat Badan = air + protein + mineral + lemak
Distribusi dari keempat komponen ini menurut berat badan dan berat tanpa lemak (fat-free mass) dapat dilihat dari tabel berikut

KOMPOSISI TUBUH KOMPOSISI SEBAGAI PROSENTASI DARI
BERAT BADAN BERAT TANPA LEMAK
Air 62,4 73,8
Protein 16,4 19,4
Lemak 15,3 -
Mineral 5,9 6,8
Berat tanpa lemak 84,7 -
Tabel 1. Komposisi relatif dari laki-laki dewasa muda dengan BB 65,3 kg

Hasil ini diperoleh secara langsung dari pengukuran komposisi tubuhsecara in vitro melalui prosedur laboratorium. Walaupun referensi yang ada saat ini sangat bermanfaat akan tetapi masih terbatas oleh karena data ini hanya diperoleh dari analisa biokimia dari sejumlah kecil individu yang tidak mewakilisebagian besar orang.
Di lain pihak diperkenalkan juga model yang membagi komposisi tubuh ke dalam dua bagian besar (kompartemen). Pembagian adalah lean body mass atau fat free masss (berat tanpa lemak) dan fat mass (berat lemak). Fat free mass disingkat menjadi FFM dan fat mass disingkat FM. Dan kedua bagian besar ini diberikan dalam rumus sebagai berikut: Berat Badan = FFM + FM
FM sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan aktifitas fisik, sehingga ini disebut dengan bagian dari komposisi tubuh yang labil. Bagian ini yang juga banyak sekali menarik perhatian oleh karena jumlah yang berlebihan komponen merupakan suatu faktor penghambat dari penampilan kerja dan merupakan factor resiko dari kesehatan. Obesitas (kegemukan)berpengaruh secara negatif terhadap penampilankerja dan beberapa penyakit (seperti penyakit diabetes dan jantung) dan diduga dapat mempercepat kematian.
Model dengan dua kompartemen di atas memberikan jumlah lemak total. Akan tetapi hanya memberikan informasi yang sedikit tentang jaringan tubuh yang spesifik. Misalnya saja FFM tidak dapat membedakan tulang, otot dan organ dalam. Juga informasi tentang distribusi local atau perkembangan jaringan dalam tubuh yang penting diketahui untuk mempelajari perubahan komposisi, tempat perubahan dan perbedaan kelamin dalam komposisi tubuh untuk pertumbuhan dan pematangan tidak dapat diketahui.
Komposisi tubuh seringkali didefenisikan sebagai ratio dari FM/FFM yang sering disebut dengan presentasi lemak tubuh (% body fat). Jaringan lemak (FM) mengandung air 14 %, sedikit sekali mengandung elektrolit potassium, dan diduga mempunyai densitas 0,90 g/cm3. FFM umumnya terdiri dari tulang, otot dan jaringan bebas lemak lainnya dan air dalam tubuh. Komposisi kimia diduga relatif konstan dengan kandungan air 72% - 74%, kandungan potassium 60-70 mmol/kg pada pria dan 50-60 mmol pada wanita, dengan densitas 1,10 g/cm3 pada temperatur tubuh yang normal. Akan tetapi beberapa faktor dapat mempengaruhi densitas dari FFM ini. Misalnya umur (pada anak-anak lebih kurang disbanding orang dewasa, dan densitas tulang meningkat pada usia tua, terutama pada mereka yang menderita osteoporosis). Disamping itu, tingkat kebugaran juga mempengaruhi densitas ini (atlit lebih besar densitas tulang dan ototnya).

C. METODE ESTIMASI KOMPONEN TUBUH
Umumnya metode yang digunakan dalam mengestimasi komposisi tubuh pada makhluk hidup (in vivo=living individual) adalah secara tidak langsung (indirect). Dalam model dua-kompartemen, baik FFM dan FM diestimasi melalui pengurangan. Jadi FM adalah berat badan dikurangi FFM dan FFM adalah berat badan dikurangi FM.
Berberapa metode yang digunakan untuk mengestimasi komposisi tubuh secara in vitro :
1. Densitometry adalah mengukur komposisi tubuh dengan mengukur densitas dari seluruh tubuh. Densitas diberikan dengan massa tubuh per volume, yang umumnya diperoleh melalui pengukuran “underwater weighing” (pengukuran di bawah air).
2. Underwater weighing adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk mengukur densitas seluruh tubuh. Teknik ini didasarkan atas prinsip Archimedes yaitu jumlah volume yang dicelupkan ke dalam air ke dalam suatu bejana sama dengan volume air yang keluar dari bejana tersebut.
3. Isotop Dilution adalah teknik yang digunakan untuk mengukur jumlah air total dalam tubuh. Dengan teknik ini, salah astu isotop seperti tritium (3 H2O) dan deuterium (2H2O) disuntikkan ke dalam darah dan dalam beberapa lama isotop ini akan berada di seluruh kompartemen yang berisi cairan (FFM). Dengan mengetahui FFM mengandung air kurang lebih sebesar 73,2% maka jumlah air totaldapat diestimasi.
4. Elektrikal Conductance, digunakan untuk mengukur komposisi tubuh berdasarkan perbedaan yang terlihat dari kandungan elektrolit dari jaringan lemak dan bebas lemak. Beberapa elektrolit seperti sodium, chloride, potassium dan bikarbonat ditemukan terutama pada jaringan bebas lemak, sedangkan pada jaringan lemak sangat sedikit. Oleh karena elektrolit pada cairan tubuh dapat dialiri oleh listrik, jaringan bebas lemak mempunyai aliran elektrit yang lebih besar disbanding jaringan lemak. Jadi, metode ini menggunakan metode dua-kompartemen.
5. Bioelektrolit Impedance Analysis adalah suatu alat elektronik yang dapat mengukur perubahan aliran yang melewati tubuh melalui 4 elektroda yang ditempatkan di kaki dan tangan. Dengan menggunakan 50 kHz dan 800 IA, tidak berbahaya dan tidak dirasakan oleh subjek. Resisten dari tubuh terhadap aliran ini yang diukur oleh alat ini.
6. Dual-energy x-ray Absorptiometry adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur densitas mineral dari tulang. Alat ini mempunyai presisi yang tinggi untuk mengukur densitas mineral tulang.
7. Computerized Tomography adalah suatu teknik yang digunakan untuk dapat mengukur tubuh secara detail melalui pemotongan secara kros-seksional. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan perbedaan dari transmisi x-ray melalui jaringan tubuh yang berbeda densitasnya. Akan tetapi alat ini lebih utama digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit dibanding pengukuran komposisi tubuh.
8. Ultrasound adalah alat yang paling banyak digunakan di klinik dengan menggunakan tranducer. Tranducer ini yang merubah energi listrik ke dalamsuara frekuensi tinggi dan merubah kembali suara tinggi tadi ke dalam energi listrik. Apabila tranducer ini ditempatkan pada suatu permukaan tubuh, ultrasound (suara frekuensi tinggi) disampaikanke dalam tubuh dalam setiap bagian tubuh yang ditangkap oleh tranducer berbeda-beda. Hasil yang ditangkap oleh tranducer ini dapat dilihat pada sebuah layar.
9. Antropometri adalah pengukuran dari berbagai dimensi fisik tubuh dan komposisi tubuh secara kasar pada beberapa tingkat umur dan tingkat gizi.

D. DISTRIBUSI LEMAK TUBUH
Pengukuran antropometri yang paling mudah dan palng sering dihubungkan dengan komposisi tubuh, setelah berat badan adalah pengukuran body mass indeks (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT). Dengan pengukuran ini, hanya bisa dikategorikan kurus, normal dan gemuk. Di bawah ini adalah tabel untuk mengetahui kategori dari BMI yang digunakan di Indonesia untuk menentukan keadaan seseorang.
Rumus :BMI = BB(Kg)/TB(m2)


BMI RESIKO
< 16,5 Sangat kurus, resiko tinggi
16,5 – 18,5 Kurus, resiko sedang
18,5 – 25 Normal, sangat rendah resiko
25 – 27 Obesitas ringan, resiko ringan
27 – 30 Obesitas sedang, resiko sedang
> 30 Obesitas berat, resiko sangat tinggi
Tabel 2. Klasifikasi BMI

Untuk mengetahui lebih jauh tentang komposisi tubuh diperlukan pengukuran sederhana yang bisa melihat distribusi lemak dalam tubuh. Distribusi lemak dalam tubuh ini berhubungan erat dengan akibat yang ditimbulkan oleh obesitas. Tempat dimana lemak tersimpan dalam tubuh sebenarnya lebih penting daripada jumlah total lemak dalam tubuh. Distribusi lemak tubuh dapat diklasifikasi ke dalam dua tipe, yaitu type upper body/android/male (pria) dan type lower body/gynoid/female (wanita). Seorang penderita obesitas dengan proporsi lemak yang lebih besar tersebar di bagian “upper body” (tubuh bagian atas) utamanya perut dibanding lemak yang tersebar di bagian paha dan tungkai (lower body) disebut dengan obesitas type android. Sebaliknya, penderita yang mempunyai proporsi lemak yang lebih besar pada bagian paha dan tungkai bawah disebut dengan obesitas type gynoid. Obesitas type android umumnya terlihat pada pria sedangkan type ginoid lebih banyak ditemukan pada wanita.
Salah satu cara untuk mengetahui distribusi lemak dalam tubuh adalah dengan mengukur ratio lingkar perut/pinggang dan lingkar panggul atau disebut juga “waist to hip ratio (WHR)” dan ini merupakan indicator yang baik digunakan untuk menentukan resiko kesehatan.
WHR dapat dikalkulasi dengan membagi lingkar pinggang dengan lingkar panggul. Nomogram tersedia untuk memudahkan perolehan hasil dan ratio ini.
Metode yang paling sering digunakan dalam mengestimasi persen lemak tubuh di klinik atau survei di masyarakat adalah pengukuran skinfold (ketebalan dari dua sisi kulit ditambah dengan penekanan jaringan lemak di bawah kulit). Beberapa keuntungan dari pengukuran skinfold disbanding dengan pengukuran mutakhir yang tersedia adalah murahnya alat yang digunakan dan tidak memerlukan ruang yang besar, pengukuran sangat mudah dan cepat, dan bila dilakukan pengukuran denganbaik, maka akan memberikan niali yang hampir sama dengan pengukuran yang dilakukan dengan metode penimbangan di bawah air (underwater weighing).