Senin, 03 Januari 2011

SISTEM DIGESTIVUS, ABSORPSI DAN TRANSPORTASI ZAT-ZAT GIZI

Makanan harus mengalami berbagai perubahan di dalam saluran cerna hingga diperoleh bentuk-bentuk sederhana yang dapat diabsorpsi ke dalam darah unutk selanjutnya diangkut oleh darah atau limfe ke sel-sel tubuh. Perubahan menjadi bentuk-bentuk sederhana ini dilakukan melalui proses pencernaan di dalam saluran cerna.

A. Sistem Digestivus Zat-zat Gizi
Pencernaan makanan terjadi di dalam saluran cerna yang panjangnya 8-9 meter pada orang dewasa. Saluran cerna dimulai dari mulut, melalui esophagus, lambung, usus halus, usus besar rectum, dan berakhir di anus. Saluran cerna dapat dikatakan berada “di luar” tubuh. Zat-zat gizi yang berasal dari makanan harus melewati dinding saluran cerna agar dapat diabsorpsi ke dalam aliran darah.
Saluran cerna merupakan sistem yang sangat kompleks yang melakukan berbagai fungsi faali: menerima, menghaluskan dan transportasi bahan-bahan yang dimakan; sekrsi enzim cerna, asam, mucus, empedu dan bahan lain; pencernaan bahan-bahan yang dimakan; absorpsi dan transportasi produk hasil cerna; serta transpor, penyimpanan dan ekskresi produk-produk sisa.
Pencernaan dilakukan melalui perubahan mekanis dan kimiawi. Secara mekanis, makanan dihancurkan melalui proses mengunyah dan proses peristaltic. Proses mengunyah memperluas permukaan makanan sehingga enzim pencernaan dapat bekerja lebih baik. Proses peristaltic, yaitu proses mengaduk dan mendorong makanan yang dimungkinkan oleh gerakan konmtraksi dan relaksasi dinding saluran cerna sehingga makanan terdorong ke bawah, menambah penghancuran makanan dalam bentuk yang lebih kecil dan mengaduknya dengan sekresi pencernaan.
Secara kimiawi makanan dihancurkan oleh enzim-enzim pencernaan. Enzim-enzim ini dikeluarkan melalui air ludah ke mulut, mealalui cairan lambung ke dalam lambung dan melalui cairan usus ke dalam usus halus. Disamping itu, cairan empedu yang dikeluarkan oleh kantong empedu membantu pencernaan dan absorpsi di dalam sel-sel dinding usus halus. Asam klorida di dalam lambung juga membantu pencernaan.
Enzim adalah molekul protein yang berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi kimia, dalam hal ini proses hidrolisis. Sebagai katalisator, enzim itu sendiri tidak berubah.

Anatomi Saluran Cerna
1. Mulut
Proses pencernaan dimulai di mulut. Waktu kita mengunyah, gigi geligi memecah makanan menjadi bagian-bagian kecil, sementara bercampur dengan cairan ludah untuk memudahkan porses menelan. Ketika ditelan, makanan melewati epiglottis, suatu katup yang mencegah makanan masuk trakea ke paru-paru. Makanan yang ditelan dinamakan bolus.
2. Esofagus ke Lambung
Bolus kemudian melalui pipa esofagus masuk ke lambung. Dinding lambung mengeluarkan sekresi untuk keperluan pencernaan makanan. Pada pintu lambung ada sfingter kardiak yang menutup setelah bolus masuk, sehingga makanan tidak kembali masuk ke esofagus. Bolus dalam lambung bercampur dengan cairan lambung dan digiling halus menjadi cairan yang dinamakan kimus (chyme). Lambung kemudian sedikit demi sedikit menyalurkan kimus melalui sfingter pylorus ke dalam usus halus, setelah mana sfingter pylorus menutup.
3. Usus Halus
Pada bagian atas usus halus, kimus melewati lubang saluran empedu yang meneteskan cairan ke dalam usus halus berasal dari dua alat, yaitu kantong empedu dan pancreas. Kimus kemudian melalui tiga bagian dari usus halus; duodenum (usus dua belas jari), jejenum (bagian usus halus sesudah duodenum sampai ke ileum) dan ileum (ujung usus halus), yang panjangnya kurang lebih enam meter. Sebagian besar pencernaan diselesaikan di duodenum; jejenum dan ileum terutama berfungsi mengabsorpsi zat-zat gizi.
4. Usus Besar (Kolon)
Kimus melalui sfingter lain, yaitu katup ileosekal yang berada pada awal usus besar di bagian kanan perut. Kimus kemudian melewati lubang lain yang menuju ke apendiks (usus buntu) dan berjalan melalui usus besar naik (ascending colon) ke dalam rectum.
5. Rektum
Sewaktu kimus melalui usus besar dan menuju ke rectum, air dikeluarkan oleh kimus sehingga terdapat sisa yang semi-padat. Otot-otot rectum menahan sisa makanan ini hingga tiba waktunya untuk dikeluarkan dari tubuh. Pada saat itu, otot rectum mengendor dan sisa makanan keluar melalui sfingter terakhir, yaitu anus yang membuka.

Proses Pencernaan
Tahap pertama pencernaan dimulai di mulut, dimana terjadi proses mengunyah, penambahan cairan ludah dan kegiatan ludah yang dapat menghancurkan makanan menjadi bubur yang kasar. Makanan kemudian ditelan.
a) Peristaltik
Bolus dari ujung esofagus bergerak dengan gerakan peristaltic, yaitu gerakan bergelombang yang disebabkan oleh kontraksi otot pada dinding saluran cerna yang mendorong makanan sepanjang saluran cerna. Gerakan ini dimungkinkan oleh otot-otot yang melingkar dan otot-otot yang memanjang (longitudinal). Setiap kali otot melingkar, berkontraksi dan otot memanjang, mengendor/relaks saluran mengecil, sedangkan setiap kali otot melingkar, mengendor dan memanjnag berkontraksi saluran membesar.
Gelombang kontraksi pada saluran cerna bergerak denga kecepatan dan intensitas berbeda, bergantung pada bagian saluran cerna bersangkutan dan ada tidaknya makanan. Misalnya, di dalam lambung gelombang terjadi tiga kali per menit, sedangkan di dalam usus halus menjadi sepuluh kali per menit. Bila saluran cerna kosong, saluran cerna hampir tidak bergerak, tetapi secara periodic muncul gelombang yang kuat.
b) Proses di dalam Lambung
Diantara seluruh bagian saluran cerna, lambung mempunyai dinding paling tebal dan otot paling kuat. Disamping otot-otot yang melingkar dan memanjang, lambung mempunyai lapisan otot diagonal yang secara bergiliran berkontraksi dan mengendor. Sementara ketiga macam otot ini menekan kimus ke bawah, sfingter pylorus tetap tertutup rapat untuk mencegah kimus masuk ke dalam duodenum. Akibatnya, kimus diaduk dan ditekan ke bawah,mengenai sfingter pylorus tetapi tetap berada di dalam lambung. Sementara itu lambung mengeluarkan cairan lambung. Bila kimus menjadi cairan halus, sfingter pylorus membuka sebentar (kira-kira tiga kali per menit) dan kimus keluar sedikit demi sedikit masuk ke duodenum.
c) Segmentasi
Alat pencernaan tidak saja mendorong, akan tetapi secara periodic juga memeras isinya sepanjang saluran, sehingga memungkinkan getah pencernaan dan sel-sel dinding usus bersentuhan baik dengan isi saluran cerna.
d) Kontraksi Sfingter
Ada empat jenis otot sfingter yang membagi saluran cerna ke dalam bagian-bagian utama. Otot-otot ini mencegah terjadinya arus balik isi saluran cerna. Sfingter kardiak mencegah isi lambung kembali ke esofagus. Sfingter pylorus mencegah isi usus kembali ke lambung dan menjaga agar bolus tingal cukup lama di dalam lambung untuk memungkinkan pencampuran yang baik dengan getah lambung dan menjadikannya lebih halus. Pada ujung usus halus, ada sfingter ileosekal yang berfungsi mengosongkan isi usus halus ke dalam usus besar. Kencangnya otot rectum dan otot anus bertindak sebagi pengaman untuk mencegah agar pengeluaran sisa pencernaan tidak terjadi secara sembarangan.

Sekresi Getah Pencernaan
Untuk menghancurkan makanan menjadi unut-unit kecil berupa zat-zat gizi yang dapat diabsorpsi tubuh, diperlukan getah-getah pencernaan. Ada lima organ tubuh yang mengeluarkan getah pencernaan : (1) Kelenjar ludah; (2) Lambung; (3) Pankreas; (4) Hati melalui kantong empedu, dan (5) Usus halus. Sekresi organ-organ ini memasuki saluran cerna pada tempat-tempat tertentu berupa air dan enzim-enzim.
a) Cairan Ludah
Kelenjar ludah mengeluarkan cairan ayang terdiri atas mucus (lendir), garam-garam dan enzim pencernaan yang memulai porses pencernaan karbohidrat. Air ludah berupa mucus membasahi makanan sehingga memudahkan proses menelan, hingga bolus amsuk ke esofagus. Mukus pada umumnya menjaga agar seluruh permukaan saluran saluran cerna dalam keadaan basah sehingga memudahkan gerakan makanan serta melindungi permukaan gigi-geligi, mulut, esofagus dan lambung dari serangan zat-zat tajam atau berbahaya.
b) Cairan Lambung
Sel-sel lambung mengeluarkan cairan yang terdiri atas campuran air, enzim-enzim dan asam klorida. Asam klorida memepunyai pH kurang lebih 2 dan berperan membuka gulungan protein, sehingga siap untuk dicernakan, mencegah pertumbuhan bakteri dan mebunuh sebagian besar bakteri yang masuk dengan makanan. Untuk mencegah kerusakan sel-sel dinding lambung oleh asam klorida dan enzim-enzim pencernaan, sel-sel tersebut mengeluarkan mucus (lendir) yang menutupi dinding lambung.
Enzim-enzim lambung bekerja dengan baik pada aciran dengan pH kurang atau saam dengan 2. Enzim-enzim ini memecah (hidrolisis) protein separo jalan. Enzim lipase menghidrolisis sebagian kecil lemak. Enzim-enzim cairan ludah yang ditelan bersama bolus tidak dapat bekerja pada cairan asam, sehingga pencernaan karbohidrat dalam lambung boleh dikatakan berhenti. Asam klorida menghidrolisis sedikit karbohidrat. Vitamin B12 di dalam lambung memperoleh suatu alat angkut berupa protein, yaitu factor intrinsic.
c) Cairan Pankreas dan enzim Usus
Pencernaan karbohidrat, lemak dan protein terutama terjadi di dalam usus halus. Cairan pancreas mengandung enzim-enzim yang berperan pada ketiga jenis zat energi ini. Sel-sel dinding usus halus mengeluarkan enzim-enzim pencernaan pada permukaannya. Disamping enzim-enzim, cairan pancreas mengandung natrium bikarbonat yang bersifat basa. Dengan demikian, cairan pancreas menetralisir kimus yang tadinya bersifat asam, sehingga menjadi netral atau sedikit basa.
d) Cairan Empedu
Cairan empedu dikeluarkan oleh hati secara terus-menerus ke dalam duodenum, untuk kemudian dikonsentrasikan dan disimpan di dalam kantong empedu. Cairan empedu berperan sebagai emulsifer lemak, sehingga menjadi suspensi dalam air. Enzim-enzim kemudian dapat memecah suspensi lemak tersebut menjadi komponen-komponennya
e) Faktor-faktor Pelindung
Sifat netral cairan usus halus dan usus besar memungkinkan pertumbuhan bakteri. Dalam keadaan sehat, usus menunjgang kehidupan bakteri-bakteri yang tidak membahayakan tubuh, bahkan menguntungkan seperti bakteri yang dapat membentuk vitamin B dan K. Saluran cerna juga dapat membentuk dan memelihara bahan-bahan yang dapat melindungi tubuh terhadap bahan-bahan asing yang berbahaya dengan membentuk system imun atau kekebalan.

Tahap Akhir Pencernaan
Selama proses pencernaan, zat-zat energi-karbohidrat, lemak dan protein-dipecah menjadi bentuk-bentuk dasar dan siap untuk diabsorpsi. Zat-zat gizi lain-vitamin, mineral,dan air-pada umumnya tidak dipecah, dan diabsorpsi sebagaimana adanya. Sisa-sisa yang tidak dicernakan, seperti serattidak diabsorpsi dan melewati saluran cerna dalam bentuk semi-padat. Sisa-sisa ini membantu peristaltik usus. Serat juga menyerap air untuk menjaga feses tidak menjadi keras. Disamping itu, serat menyerap beberapa bagian dari makanan, antara lain: asam empedu, beberapa mineral, zat aditif, dan bahan-bahan tidak berguna lain.

Peranan Usus Besar (Kolon)
Usus besar, bagian akhir dari saluran cerna berperan sebagai tempat mengumpulkan sisa makanan padat, tempat mengabsorpsi air dan mineral tertentu serta tempat pertumbuhan bakteri.
Sisa makanan ditahan dalam kolon hingga dikeluarkan dalam bentuk feses. Makanan paling lama ditahan di dalam kolon, sering sampai 24 jam. Karena kontraksi peristaltic dan segmentasi bergerak lebih lambat dalam kolon, bakteri mendapat kesempatan untuk berkembang biak. Bakteri mendapat makanan dari sisa makanan yang ada dalam kolon. Beberapa produk kimia hasil metabolisme bakteri dapat diserap kembali melalui kolon. Sampai 10% energi yang diabsorpsi seseorang dapat berasal dari jalur ini.
Bakteri dalam kolon dapat membentuk beberapa jenis vitamin yang sebagian diabsorpsi oleh tubuh. Sebagian kecil vitamin B dan K diduga diperoleh melalui absorpsi ini. Disamping itu, bakteri kolon menghasilkan gas sebagai sisa produk metabolisme makanan. Bila gas ini tertumpuk akan dikeluarkan melalui anus.
Kolon memberi tubuh kesempatan terakhir untuk mengabsorpsi air serta natrium dan klorida. Bila tidak berhasil, akan menimbulkan diare. Ini hanya terjadi dalam keadaan khusus. Bila sfingter pada ujung kolon yaitu rectum mengendor (relaksasi), maka sisa akhir makanan berbentuk semi padat dikeluarkan melalui anus.

B. Sistem Absorpsi Zat-zat Gizi
Anatomi Sistem Absorpsi
Absorpsi zat-zat gizi terutama terjadi pada permukaan usus halus. Usus halus yang panjangnya kurang lebih enam meter dan diameter kurang lebih 2,5 cm mempunyai permukaan yang sangat luas kira-kira 200 m2. Hal ini dimungkinkan karena permukaan bagian yang sekilas tampak licin, di bawah mikroskop tampak berlipat-lipat. Tiap lipatan mempunyai jonjot-jonjot yang dinamakan vili. Sebuah vili terdiri atas ratusan sel yang masing-masing mempunyai bulu yang sangat halus, dinamakan mikrovili atau brush border. Di dalam celah-celah antarvili terdapat kripta-kripta atau lekuk-lekuk kecilberupa kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan getah-getah usus ke dalam saluran usus halus. Umur sel-sel vili sangat pendek, yaitu dua hingga lima hari.

Sistem Absorpsi
Vili secara terus-menerus dalam keadaan bergerak. Tiap vilus dilapisi oleh lapisan otot yang sangat tipis. Tiap molekul zat gizi yang ukurannya cukup kecil untuk diserap terjerat di dalam mikrovili dan diserap ke dalam sel. Sebagian zat gizi yang belum selesai dicerna, terlebih dahulu diselesaikan pencernaannya di dalam mikrovili dengan bantuan enzim-enzim.
Pada tiap vili terdapat pembuluh-pembuluh darah dan pembuluh-pembuluh limfe/getah bening yang berasal dari system peredaran darah dan system limfe/getah bening yang merupakan system transportasi zat-zat gizi. Molekul zat gizi yang menembus sebuah sel vili, dapat memasuki darah atau limfe untuk dibawa ke bagian-bagian tubuh.
Saluran cerna bekerja secara selektif. Bahan-bahan yang dibutuhkan tubuh dipecah ke dalam bentuk-bentuk yang dapat diserap dan diangkut ke seluruh tubuh. Sebagian bahan yang tidak dapat digunakan, dikeluarkan dari tubuh. Sel-sel vililah yang memilih dan mengatur penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Di dalam mikrovili terdapat beratus macam enzim dan “pompa-pompa” yang mencernakan zat-zat gizi yang sesuai.
Sel-sel bagian tertentu dari saluran cerna mempunyai fungsi tertentu dalam absorpsi. Zat-zat gizi yang lebih awal berada dalam keadaan siap diserap akan diabsorpsi pada bagian awal dari saluran cerna, sedangkan zat-zat gizi yang membutuhkan proses pencernaan yang lebih lama akan diabsopsi di bagian lebih bawah. Zat-zat gizi yang larut air (termasuk hasil pencernaan lemak berbentuk emulsi) diabsorpsi langsung ke dalam peredaran darah melalui pembuluh darah rambut atau kapiler. Lemak dalam bentuk lebih besar fan vitamin larut lemak tidak larut dalam air, sedangkan darah sebagian besar terdiri atas air. Sel-sel saluran cerna menyatukan produk-produk hasil pencernaan lemak ini dan membentuk molekul-molekul yang lebih besar. Pada permukaan molekul-molekul ini ditempatkan protein-protein khusus sehingga membentuk kilomikron. Kilomikron masuk ke dalam system limfe dan melalui limfe memasuki aliran darah di dekat jantung.

Cara Absorpsi
Absorpsi merupakan proses yang sangat kompleks dan menggunakan tiga cara : pasif, fasilitatif, aktif, dan fagositosis atau pinositosis.
Absorpsi pasif terjadi bila zat gizi diabsorpsi tanpa menggunakan alat angkut (carrier) atau energi. Hal ini terjadi bila konsentrasi zat gizi didalam saluran cerna lebih tinggi daripada sel yang mengabsorpsi. Perbedaan konsentrasi ini yang mendorong absorpsi pasif melalui membran sel yang dapat menyerap zat gizi tersebut (permeabel). Proses absorpsi pasif ini sama dengan proses osmosis biasa. Hanya sebagian kecil zat gizi diabsorpsi secara pasif ini, yaitu air dan beberapa mineral.
Absorpsi fasilitatif menggunakan alat angkut protein untuk memindahkan zat gizi dari saluran cerna ke sel yang mengabsorpsi. Absorpsi fasilitatif tidak membutuhkan energi. Di sini absorpsi juga terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi. Absorpsi fasilitatif dilakukan untuk fruktosa.
Absorpsi aktif menggunakan alat angkut protein dan energi. Glukosa, galaktosa, asam amino, kalium, magnesium, fosfat, iodida, kalsium dan zat besi diabsorpsi secara aktif. Beberapa zat gizi mungkin menggunakan alat angkut yang sama, sehingga berkompetisi untuk diabsorpsi. Sebagai sumber energi adalah Adenin Trifosfat (ATP). Energi dapat secara aktif memompakan senyawa bersangkutan ke dalam vili, sehingga memindahkan larutan berkonsentrasi rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi. Transportasi aktif disamping itu, membutuhkan pompa natrium. Contoh alat angkut untuk besi adalah protein transferin dan untuk vitamin A protein pengikat retinal (Retinol Binding Protein/RBP)
Fagositosis atau pinositosis adalah cara absorpsi dimana membran sel-sel epitel “menelan” zat-zat yang akan diabsorpsi. Dengan cara ini dapat diabsorpsi butiran besar, seperti protein utuh. Masuknya protein asing melalui saluran cerna ke dalam peredaran darah yang menimbulkan reaksi alergi mungkin disebabkan oleh fagositosis ini.

Pengaturan Pencernaan dan Absorpsi
Proses pencernaan dan absorpsi berlangsung dengan cara sangat terkoordinasi. Struktur saluran cerna dan cara kerjanya memungkinkan pemecahan makanan menjadi unit-unit sangat halus dan pengantaran porduknya ke dalam tubuh.
a) Hormon-hormon Saluran Cerna dan Sistem Saraf
Ada system yang mengatur proses pencernaan dan penyerapan, yaitu system hormon (endokrin) dan system saraf. Isi saluran cerna merangsang atau menghambat sekresi pencernaan dengan memberi pesan yang disampaikan hormon dan system saraf dari satu bagian saluran cerna ke bagian lain. Pengaturannya dikukan melalui mekanisme umpan balik.
b) Pengaturan pH Lambung
Pemeliharaan pH lambung pada nilai 1,5-1,7 dilakukan oleh hormon gastrin yang dikeluarkan oleh sel-sel dinding lambung. Masuknya makanan ke dalam lambung merangsang sel-sel pada dinding lambung untuk mengeluarkan gastrin. Gastrin merangsang sel-sel kelenjar lambung lain untuk mengeluarkan cairan hidroklorida. Bila pH mencapai 1,5 asam klorida menghentikan pengeluaran gastrin, sehingga produksi hidroklorida ikut terhenti, dan lambung tidak menjadi terlalu asam. Jadi system cairan lambung dapat menyesuaikan tingkat keasaman lambung.
Pengatur lain adalah reseptor saraf di dalam dinding lambung. Reseptor ini bereaksi terhadap kehadiran makanan dengan cara merangsang kelenjar lambung untuk mengeluarkan cairannya dan otot untuk melakukan kontraksi. Pada waktu lambung mengosongkan diri, reseptor tidak lagi terangsang, pengeluaran cairan lambung diperlambat dan kontraksi lambung diperlambat.
c) Pengaturan Pembukaan Sfingter Pilorus
Pengaturan pembukaan dan penutupan sfingter pylorus dilakukan sebagai berikut: bila sfingter pylorus relaks, kimus yang bersifat asam masuk dari lambung ke usus halus. Sel otot pylorus di bagian usus halus merasakan keasaman ini yang berakibat menutupnya sfingter dengan rapat. Baru setelah kimus yang masuk dinetralisir oleh bikarbonat yang dikeluarkan pancreas sehingga medium di sekitar sfingter pylorus menjadi basa, otot sfingter akan relaks kembali. Proses ini menjamin kimus masuk ke dalam usus halus secara perlahan sehingga sambil bergerak dapat dinetralisir. Hal ini penting karena dinding usus halus tidak terlalu tahan terhadap asam.
d) Pengaturan Pengeluaran Bikarbonat oelh Pankreas
Begitu klimus masuk ke usus halus, pancreas mengeluarkan bikarbonat, sehingga pH isi usus halus selalu bersifat basa. Cara mengatur pengeluaran bikarbonat ini adalah sebagai berikut: Kimus merangsang sel-sel dinding duodenum mengeluarkan hormon sekretin ke dalam darah. Di dalam pancreas hormon ini merangsang pengeluaran bikarbonat. Bila kebutuhan telah terpenuhi, sel-sel dinding duodenum tidak terangsang lagi untuk mengeluarkan hormon ini, dan pancreas tidak lagi menerima pesan untuk mengeluarkan bikarbonat. Urat saraf juga mengatur sekresi pancreas.
Pankreas mengeluarkan pula campuran enzim untuk mencernakan karbohidrat, lemak dan protein. Pankreas dapat mengatur campuran enzim yang sesuai dengan susunan makanan yang dikonsumsi. Komposisi enzim-enzim diatur oleh hormon-hormon yang dikeluarkan oleh sel-sel dinding saluran cerna.
Bila lemak masuk ke dalam usus halus, kantong empedu berkontraksi dan mengeluarkan empedu guna menghancurkan lemak menajdi emulsi. Lemak dalam hal ini merangsang sel-sel dinding usus untuk mengeluarkan hormon kolesistokinin. Hormon inilah yang merangsang kantong empedu untuk berkontraksi dan mengeluarkan empedu. Setelah lemak dipecah menjadi emulsi dan enzim bekerja untuk mencernakannya, lemak berhenti merangsang pengeluaran kolesistokinin, sehingga kantong empedu berhenti berkontraksi.
Pencernaan lemak memakan waktu lebih lama daripada pencernaan karbohidrat. Untuk memberi kesempatan pada pencernaan lemak, gerakan usus menjadi lebih lambat. Cara mengatur gerakan usus ini adalah sebagai berikut: Kolesistokinin dan peptida di dalam lambung memperlambat gerakan saluran cerna, sehingga makanan lebih lama berada di gerakan usus yang memungkinkan semua reaksi pencernaan dapat diselesaikan. Peptida lambung juga mencegah sekresi asam lambung.

Keadaan yang Memungkinkan Sistem Pencernaan dan Absorpsi Bekerja Sebaik Mungkin
Saluran cerna sangat peka terhadap kondisi lingkungan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor gaya hidup sebagai berikut: tidur, istirahat, aktifitas fisik dan keadaan emosional. Tidur dan istirahat cukup memungkinkan pemeliharaan dan perbaikan jaringan-jaringan serta pengeluaran sisa-sisa yang dapat mengganggu fungsi saluran cerna. Aktifitas fisik mempengaruhi kekencangan otot. Keadaan mental mempengaruhi aktifitas hormon dan urat saraf yang mempengaruhi pencernaan dan absorpsi. Pada waktu makan seseorang harus dalam keadaan tenang dan relaks.
Faktor lain yang berpengaruh adalah jenis makanan yang diamkan, yaitu keseimbangan, keragaman dan kecukupan.

C. Sistem Transportasi Zat-zat Gizi
Zat-zat gizi akan diangkut ke seluruh tubuh yang membutuhkan setelah memasuki peredaran darah.
Sistem Vaskular
Sistem vascular atau system peredaran darah, merupakan system pembuluh darah tertutup, yang memungkinkan darah mengalir secara terus-menerus dalam bentuk angka delapan dengan jantung di tengahnya yang berfungsi sebagai pompa. Sementara bersirkulasi di daalm system ini, darah memungut dan menghantarkan bahan-bahan tubuh sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Semua jaringan tubuh memperoleh oksigen dan zat-zat gizi dari darah dan mengeluarkan karbon dioksida dan sisa-sisa lain melalui darah. Paru-paru mengeluarkan karbon dioksida dari darah (melalui pernapasan) dan menggantinya dengan oksigen untuk dibawa darah ke seluruh tubuh. System pencernaan menyediakan zat-zat gizi untuk dibawa darah. Sisa-sisa lain disaring dari darah di dalam ginjal untuk dikeluarkan melalui kemih/urine.
Darah yang keluar dari bagian kanan jantung masuk melalui arteri ke dalam kapiler paru-paru dan kembali ke bagian kiri jantung melalui vena/pembuluh balik. Bagian kiri jantung kemudian memompakan darah melalui aretri ke semua jaringan tubuh. Di sini darah masuk ke dalam kapiler-kapiler dan saling bertukar bahan dengan sel-sel untuk kemudian bersatu ke dalam vena yang kemudian kembali ke bagian kanan jantung.
Perjalanan darah melalui system pencernaan terjadi sebagai berikut: darah dibawa ke system pencernaan oleh arteri, yang kemudian bercabang menjadi kapiler dan masuk ke semua sel. Darah meninggalkan system pencernaan melalui vena dan masuk ke hati. Vena ini bercabang kembali menjadi kapiler dan masuk ke semua sel hati. Darah meninggalkan hati melalui vena dan kembali ke jantung.
Hati berperan sebagai organ utama untuk melaksanakan metabolisme zat-zat gizi. Di dalam hati zat-zat yang dibawa dari saluran cerna diortir, yang berbahaya dipunahkan.

Sistem Limfe
Sistem limfe merupakan jalur satu arah bagi cairan yang berasal dari jaringan tubuh untuk masuk ke darah. Cairan limfe bersirkulasi diantara sel-sel tubuh dan berkumpul di dalam kapiler-kapiler halus. Cairan limfe hampir sama dengan darah, hanya tidak mengandung sel darah merah atau platelet. Sistem limfe tidak mempunyai pompa. Sebagian besar limfe paad akhirnya berkumpul ke dalam pipa/duktus besar di dalam hati. Duktus ini berakhir di suatu vena yang membawa limfe ke jantung. Jadi bahan-bahan dari saluran cerna yang masuk ke dalam pembuluh-pembuluh limfe (lemak-lemak bentuk besar dan vitamin larut-lemak) melalui vili pada akhirnya masuk system peredaran darah dan beredar melalui arteri, kapiler dan vena seperti halnya zat-zat gizi lain, akan tetapi tanpa terlebih dahulu masuk ke hati.
Setelah berada di system vascular, zat-zat gizi dapat berjalan bebas ke sel-sel manapun untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar